25 November 2010

Kelainan refraksi dan akomodasi

Kelainan refraksi dan akomodasi

Hasil pembiasan pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, benda kaca, dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata demikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut juga mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.

Dikenal beberapa titik di dalam bidang refraksi, seperti pungtum proksimum merupakan titik terdekat dimana seorang masih dapat melihat dengan jelas. Pungtum remotum adalah titik terjauh dimana seseorang masih dapat melihat dengan jelas, titik ini merupakantitik didalam ruang yang berhubungan dengan retina atau foveola bila mata istirahat. Pada emetropia pungtum remotum terletak didepan mata, sedang pada hipermetropia titik semu berada di belakang mata.

Emetropia

Berasal dari kata Yunani emetros yang berarti ukuran normal atau dalam keseimbangan wajar sedang arti opsis adalah penglihatan. Mata dengan sifat emetropia adalah mata tanpa adanya kelainan refraksi pembiasaan sinar mata dan berfungsi normal.

Pada mata ini daya bias mata adalah normal, dimana sinar jauh difokuskan sempuran di daerah makula lutea tanpa bantuan akomodasi. Bila sinar sejajar tidak difokuskan pada makula lutea disebut emetropia.

Mata emetropia akan mempunayi penglihatan normal atau 6/6 atau 100%.

Akomodasi

Adalah kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot silier. Akibat akomodasi daya pembiasaan semakin kuat. Kekuatan akomodasi akn meningkat sesuai dengan kebutuhan, makin dekat benda makin kuat mata harus berakomodasi (mencembung). Kekuatan akomodasi diatur oleh refleks akomodasi. Refleks akomodasi akan bangkit bila mata melihat kabur dan pada waktu konvergensi atau melihat dekat.

Dikenal beberapa teori akomodasi seperti:
- teori akomodasi hemholtz, dimana zonula zinn kendor akibat kontraksi otot siliar sirkular, mengakibatkan lensa yang elastis menjadi cembung dan diater menjadi kecil.
- Teori akomodasi thsemig, dasarnya adalah bahwa nukleus lensa tidak dapat berubah bentuk sedang yang dapat berubah bentuk adalah bagian lensa superfisial atau korteks lensa. Pada waktu akomodasi terjadi tegangan pada zonula zinn sehingga nukleus lensa terjepit dan bagian lensa superfisial di depan nukleus akan mencembung.

Presbiopia

Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat:
- kelemahan otot akomodasi
- lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa.

Akibat gangguan kaomodasi ini maka pada pasien berusia lebih dari 40 tahun, akan memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair, dan sering terasa pedas.

Ametropia

Dalam bahasa Yunani ametros berarti tidak sebanding atau tidak seimbang, sedang ops berarti mata. Sehingga yang dimaksud denga ametropia adalah keadaan pembiasan mata dengan panjang bola mata yang tidak seimbang. Hal ini terjadi akibat kelainan kekuatan pembiasaan sinar media penglihatan atau kelainan bentuk bola mata.

Ametropia adalah keadaan tanpa akomodasi atau dalam keadaan istirahat memberikan bayangan sinar sejajar pada fokus yang tidak terletak pada retina. Pada keadaan ini bayangan pada selaput jala tidak sempurna terbentuk. Dikenal berbagai bentuk seperti:

a. ametropia aksial, akibat sumbu optik mata lebih panjang, atau lebih pendek sehingga bayangan benda difokuskan di depan atau dibelakang retina.pada miopia aksial fokus akan terletak di depan retina karena bola mata lebih panjang dan pada hipermetropia aksial fokus bayangan akan terletak di belakang retina.

b. ametropia refraktif, kelainan sistem pembiasan sinar di dalam mata. Bila daya bias kuat maka bayangan benda terletak di depan retina (miopia) atau bila daya bias kurang maka bayangan benda terletak di belakang retina (hipermetropia refraktif).

Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk-bentuk kelainan:
- Miopia
- hipermetropia
- astigmat

Miopia. Pada miopia, panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan media pembiasan refraksi terlalu kuat. Dikenal beberapa bentuk miopia seperti
- miopia refraktif yang terjadi akibat media pembiasan pada kornea dan lensa yang terlalu kuat.
- Miopia aksial, akibat panjangnya sumbu bola mata, denga kelengkungan kornea dan lensa yang normal.

Menurut derajat beratnya dibagi dalam miopia ringan (1-3) dioptri, miopia sedang (3-6) dioptri, miopia berat (>6) dioptri.
Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk miopia stasioner, yang menetapa setelah dewasa, miopia progresif (bertambah terus pada usia dewasa), miopia maligna yaitu miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan.

Hipermetropia. Atau rabun dekat merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak dibelakang retina. Pada hipermetropia sinar sejajar difokuskan dibelakang makula lutea.

Hipermetropia dapat disenbabkan: kelainan refraksi akibat bola mata pendek, atau sumbu anteroposterior yang pendek (hipermetropia aksial), kelengkungan kornea atau lensa kurang sehingga bayangan difokuskan dibelakang retina (hipermetropia kurvatur), indeks bias yang kurang pada sistem optik mata (hipermetropia refraktif)

Afakia. Suatu keadaan dimana mata tidak mempunyai lensa sehingga mata tersebut menjadi hipermetropia tinggi. Karena pasien memerlukan pemakaian lensa yang tebal, maka akan memberikan keluhan pada mata tersebut sebagai berikut: benda yang dilihat menjadi lebih besar 25% dibanding normal, terdapat efek prisma tebal sehingga benda terlihat seperti melengkung, pada penglihatan terdapat keluhan seperti badut di dalam kotak atau fenomena jack in the box, dimana bagian yang jelas adalah bagian sentral, sedang penglihatan tepi kabur.

Astigmat. Pada astigmat berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina akan tetapi pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea. Pada mata astigmat lengkungan jari-jari meridian yang tegak lurus padanya.

sumber: ilmu penyakit mata, dr. ilyas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar