25 November 2010

Pemeriksaan pada Mata

Pemeriksaan pada Mata

Lampu celah (slitlamp)
adalah alat yang terutama dipergunakan dokter mata yang terdiri atas sumber lampu kecil dengan mikroskop.
Berguna untuk memeriksa penyakit, kelainan pada kelopak dan bola mata yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.

Tajam penglihatan
diperiksa langsung dengan memperlihatkan seri simbol dengan ukuran berbeda dengan jarak tertentu terhadap penderita dan ditentukan huruf terkecil yang dikenali penderita. 
Satu huruf hanya dapat dilihat bila satu huruf membentuk sudut 5 menit dan setiap bagian dipisahkan sudut 1 menit. Makin jauh huruf harus terlihat maka makin besar huruf tersebut harus dibuat karena sudut yang dibentuk harus 5 menit.

Pemeriksaaan tajam penglihatan sebaiknya dilakukan pada jarak 5 atau 6 meter, karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan beristirahat atau tanpa akomodasi.

Pemeriksaan tajam penglihatan seseorang dilakukan pada kamar yang tidak terlalu terang untuk mencegah akomodasi karena silau. Bila melihat huruf teratas dari kartu Snellen maka huruf pada baris bawah akan kabur.

Ditentukan baris huruf terkecil yang masih dapat terbaca. Maka tajam penglihatan dinyatakan 6 dibagi jarak huruf baris yang masih terbaca.

Kartu snellen merupakan kartu uji penglihatan jauh dimana:
Pada tajam penglihatan normal 6/6 berarti dapat melihat huruf pada jarak 6 meter.
Bila pasien hanya dapat melihat pada huruf yang menunjuk angka 30, berarti tajam penglihatannya 6/30

Funduskopi/oftalmoskopi
Adalah pemeriksaan mata bagian dalam atau fundus mata. Alat yang dipakai untuk oftalmoskopi disebut oftalmoskop. Dengan oftalmoskop dapat dilihat kelainan fundus okuli atau jaringan bola mata bagian dalam, karena itu pula oftalmoskopi disebut pula funduskopi. 

Dengan oftalmoskopi dapat dilihat
1. bagian dalam bola mata
2. pembuluh darah selaput jala atau retina
3. selaput jala 
4. saraf penglihat yang berada dalam bola mata atau papil saraf optik

Tekanan bola mata
Mengukur tekanan bola mata dengan tonometer, dikenal:
- tonometer schiotz
- tonometer aplanasi

Tonometer schioitz
Pemakaian tonometer schiotz untuk mengukur tekanan bola mata dengan cara berikut:
1. penderita diminta telentang
2. mata ditetes tetrakain
3. ditunggu sampai penderita tidak merasa pedas
4. kelopak mata penderita dibuka dengan telunjuk dan ibu jari (jangan menekan bola mata penderita)
5. telapak tonometer akan menunjukkan angka pada skala tonometer

Tonometer aplanasi
Dengan tonometer aplanasi diabaikan tekanan bola mata yang dipengaruhi kekakuan sklera (selaput putih mata)

Teknik melakukan aplanasi tonometri:
1. diberi anastesia lokal pada mata yang akan diperiksa (tetrakain)
2. kertas flouresen diletakkan pada selaput lendir
3. didekatkan alat tonometer aplanasi pada selaput bening
4. setelah terlihat lingkaran telapak tonometer pada selaput bening maka tekanan dinaikkan sehingga lingkaran tersebut mendekat sehingga bagian dalam berimpit
5. dibaca tekanan pada tombol putaran tonometer aplanasi yang memberi gambaran setengah lingkaran berimpit. Tekanan tersebut merupakan tekanan bola mata.

Dengan tonometer aplanasi bila tekanan bola mata lebih dari 20 mmHg dianggap sudah menderita glaukoma.

Pembacaan skala dikonversi pada tabel untuk mengetahui bola mata dalam milimeter air raksa. Pada tekanan lebih tinggi dari 20mmHg dicurigai adanya glaukoma. Bila tekanan lebih dari 25mmHg pasien menderita glaukoma.

Gonioskopi
Pemeriksaan gonioskopi adalah tindakan untuk melihat keadaan dari sudut bilik mata dengan goniolens. Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat sudut bilik mata yang merupakan tempat keluarnya cairan mata dari bola mata.

Lapang pandangan
perimetri atau kamprimetri
perimeter merupakan alat seperti parabol untuk memeriksa lapang penglihatan seseorang.

Gangguan lapang penglihatan terjadi bila gangguan fungsi selaput jala seperti pada
1. ablasi retina
2. gangguan peredaran darah selaput jala
3. selaput jala bengkak

Kelainan refraksi dan akomodasi

Kelainan refraksi dan akomodasi

Hasil pembiasan pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, benda kaca, dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata demikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut juga mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.

Dikenal beberapa titik di dalam bidang refraksi, seperti pungtum proksimum merupakan titik terdekat dimana seorang masih dapat melihat dengan jelas. Pungtum remotum adalah titik terjauh dimana seseorang masih dapat melihat dengan jelas, titik ini merupakantitik didalam ruang yang berhubungan dengan retina atau foveola bila mata istirahat. Pada emetropia pungtum remotum terletak didepan mata, sedang pada hipermetropia titik semu berada di belakang mata.

Emetropia

Berasal dari kata Yunani emetros yang berarti ukuran normal atau dalam keseimbangan wajar sedang arti opsis adalah penglihatan. Mata dengan sifat emetropia adalah mata tanpa adanya kelainan refraksi pembiasaan sinar mata dan berfungsi normal.

Pada mata ini daya bias mata adalah normal, dimana sinar jauh difokuskan sempuran di daerah makula lutea tanpa bantuan akomodasi. Bila sinar sejajar tidak difokuskan pada makula lutea disebut emetropia.

Mata emetropia akan mempunayi penglihatan normal atau 6/6 atau 100%.

Akomodasi

Adalah kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot silier. Akibat akomodasi daya pembiasaan semakin kuat. Kekuatan akomodasi akn meningkat sesuai dengan kebutuhan, makin dekat benda makin kuat mata harus berakomodasi (mencembung). Kekuatan akomodasi diatur oleh refleks akomodasi. Refleks akomodasi akan bangkit bila mata melihat kabur dan pada waktu konvergensi atau melihat dekat.

Dikenal beberapa teori akomodasi seperti:
- teori akomodasi hemholtz, dimana zonula zinn kendor akibat kontraksi otot siliar sirkular, mengakibatkan lensa yang elastis menjadi cembung dan diater menjadi kecil.
- Teori akomodasi thsemig, dasarnya adalah bahwa nukleus lensa tidak dapat berubah bentuk sedang yang dapat berubah bentuk adalah bagian lensa superfisial atau korteks lensa. Pada waktu akomodasi terjadi tegangan pada zonula zinn sehingga nukleus lensa terjepit dan bagian lensa superfisial di depan nukleus akan mencembung.

Presbiopia

Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat:
- kelemahan otot akomodasi
- lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa.

Akibat gangguan kaomodasi ini maka pada pasien berusia lebih dari 40 tahun, akan memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair, dan sering terasa pedas.

Ametropia

Dalam bahasa Yunani ametros berarti tidak sebanding atau tidak seimbang, sedang ops berarti mata. Sehingga yang dimaksud denga ametropia adalah keadaan pembiasan mata dengan panjang bola mata yang tidak seimbang. Hal ini terjadi akibat kelainan kekuatan pembiasaan sinar media penglihatan atau kelainan bentuk bola mata.

Ametropia adalah keadaan tanpa akomodasi atau dalam keadaan istirahat memberikan bayangan sinar sejajar pada fokus yang tidak terletak pada retina. Pada keadaan ini bayangan pada selaput jala tidak sempurna terbentuk. Dikenal berbagai bentuk seperti:

a. ametropia aksial, akibat sumbu optik mata lebih panjang, atau lebih pendek sehingga bayangan benda difokuskan di depan atau dibelakang retina.pada miopia aksial fokus akan terletak di depan retina karena bola mata lebih panjang dan pada hipermetropia aksial fokus bayangan akan terletak di belakang retina.

b. ametropia refraktif, kelainan sistem pembiasan sinar di dalam mata. Bila daya bias kuat maka bayangan benda terletak di depan retina (miopia) atau bila daya bias kurang maka bayangan benda terletak di belakang retina (hipermetropia refraktif).

Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk-bentuk kelainan:
- Miopia
- hipermetropia
- astigmat

Miopia. Pada miopia, panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan media pembiasan refraksi terlalu kuat. Dikenal beberapa bentuk miopia seperti
- miopia refraktif yang terjadi akibat media pembiasan pada kornea dan lensa yang terlalu kuat.
- Miopia aksial, akibat panjangnya sumbu bola mata, denga kelengkungan kornea dan lensa yang normal.

Menurut derajat beratnya dibagi dalam miopia ringan (1-3) dioptri, miopia sedang (3-6) dioptri, miopia berat (>6) dioptri.
Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk miopia stasioner, yang menetapa setelah dewasa, miopia progresif (bertambah terus pada usia dewasa), miopia maligna yaitu miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan.

Hipermetropia. Atau rabun dekat merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak dibelakang retina. Pada hipermetropia sinar sejajar difokuskan dibelakang makula lutea.

Hipermetropia dapat disenbabkan: kelainan refraksi akibat bola mata pendek, atau sumbu anteroposterior yang pendek (hipermetropia aksial), kelengkungan kornea atau lensa kurang sehingga bayangan difokuskan dibelakang retina (hipermetropia kurvatur), indeks bias yang kurang pada sistem optik mata (hipermetropia refraktif)

Afakia. Suatu keadaan dimana mata tidak mempunyai lensa sehingga mata tersebut menjadi hipermetropia tinggi. Karena pasien memerlukan pemakaian lensa yang tebal, maka akan memberikan keluhan pada mata tersebut sebagai berikut: benda yang dilihat menjadi lebih besar 25% dibanding normal, terdapat efek prisma tebal sehingga benda terlihat seperti melengkung, pada penglihatan terdapat keluhan seperti badut di dalam kotak atau fenomena jack in the box, dimana bagian yang jelas adalah bagian sentral, sedang penglihatan tepi kabur.

Astigmat. Pada astigmat berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina akan tetapi pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea. Pada mata astigmat lengkungan jari-jari meridian yang tegak lurus padanya.

sumber: ilmu penyakit mata, dr. ilyas

Glaukoma adalah istilah penyakit mata yang dapat mencuri pandangan Anda


Mata kita adalah satu organ yang sangat berharga yang berguna mengumpulkan cahaya kemudian menfokuskannya pada bagian belakang mata kita.

Istilah glaukoma berasal dari bahasa yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan.

Sedangkan pengertian umumnya adalah suatu keadaan dimana mata mengalami kelainan berupa peningkatan tekanan pada bagian dalam bola mata, tekanan intra okular, yang menyebabkan kerusakan nervus kedua, nervus optikus, sehingga menyebabkan gangguan penglihatan hingga kebutaan.

Gangguan penglihatan berupa penurunan lapang pandang dan penurunan kejernihan pandangan, visus.

Tekanan bola mata normal dinyatakan dengan tekanan air raksa yaitu antara 15mmHg hingga 20mmHg. Peningkatan tekanan terjadi yang terjadi pada glaukoma sebagai akibat dari ketidakseimbangan produksi dan absorbsi cairan, sehingga merusak jaringan saraf halus pada retina dan bagian posterior (belakang) mata.

Glaukoma sering disebut sebagai pencuri pandangan karena sering berkembang tanpa gejala nyata. Diperkirakan, sekitar separuh penderita tidak menyadari adanya gangguan penglihatan pada diri mereka dan baru menyadari ketika gangguan penglihatan mereka sudah berada pada tahap lanjut.

Kerusakan akibat glaukoma bersifat irreversibel, tidak dapat pulih. Sehingga hal ini harus menjadi perhatian khusus dokter untuk menegakkan diagnosis dan penanganan secepat mungkin untuk menghindari pasien dari kebutaan. Terdapat sejumlah 0,40% penderita glaukoma di Indonesia yang mengakibatkan kebutaan pada 0,16% penduduk.

Glaukoma sudut terbuka (open angle glaukoma) adalah glaukoma yang cukup umum diderita manusia, bahkan di Amerika diperkirakan terdapat 3 juta penderita (tahun 2010-2015, red) yang setengahnya tidak tahu bahwa ia sendiri menderita glaukoma.

Mata mempunyai dua kamar (chamber), kamar depan dinamakan juga anterior chamber dan kamar belakang yang dinamakan posterior chamber. Cairan yang mengisi kamar depan diproduksi oleh bagian mata yang terletak diantara iris dan lensa, adanya produksi ada pula pembuangan (reabsorbsi), pembuangan dilakukan pada bagian yang berbentuk seperti sponge yang dinamakan sudut (angel), produksi harus sama dengan penyerapan agar terbentuk suatu tekanan bola mata yang normal, apabila keduanya tidak berjalan dengan baik, misalkan produksi yang berlebih atau penyerapan yang berkurang maka tekanan bola mata akan meningkat.Peningkatan yang terus menerus dan tidak terkontrol akan menyebabkan kebutaan karena dapat merusak saraf mata.