10 November 2012

Anatomi Mata 1

Mata sebagai salah satu organ sensori mempunyai peran penting dalam penglihatan. Mempelajari anatomi mata terutama penting untuk mempelajari penyakit-penyakit mata. Berbagai penyakit mata yang sering ditemukan misalnya katarak, kunjungtivitis, glaukoma dan lainnya.

Dibawah ini adalah gambar anatomi mata yang dipotong secara sagittal. Gambar ini memperlihatkan mata secara umum. Sayangnya gambar dibawah ini dituliskan dalam nomenklatur Bahasa Inggris. Umumnya pelajaran anatomi di Indonesia menggunakan nomenklatur dalam Bahasa Latin. Jadi, untuk memudahkan pembaca yang rata-rata dari Indonesia maka saya sertakan artinya dalam Bahasa Latin.

Mungkin gambar yang saya lampirkan masih kurang mendetail jadi disarankan juga untuk mengeceknya di buku atlas anatomi. Untuk mahasiswa kedokteran sebaiknya juga membaca atlas anatomi seperti Sobotta dan atau Yokochi untuk yang lebih lengkapnya. Namun bagi yang belum punya atlas. Gambar ini insyaallah akan cukup membantu terutama dalam menghadapi ujian.

Gambar 1
1. Humor aqousus                                                    15. Sinus maxillaris
2. Choroidea                                                           16. Nervus opticus (II)
3. Musculus ciliaris                                                   17. Ora serrata
4. Prosessus ciliaris                                                  18. Iris, pupil
5. Cornea                                                                19. Retina
6. Lens                                                                    20. Arteri/vena centralis retinae
7. Ossis frontale                                                       21. Sclera

8. Sinus frontalis                                                      22. Sinus sphenoidalis
9. Musculus obliquus inferior                                    23. Ganglion pterygopalatinum
10. Vena/venae ophtalmica inferior                           24. Musculus obliquus superior
11. Musculus rectus inferior                                     25. Musculus rectus superior
12. Tarsus inferior                                                    26. Tarsus superior
13. Iris                                                                    27. Ligamentum suspensorium
14. Musculus rectus lateralis                                    28. Humor vitreosus


Sumber: ygraph.com

20 Oktober 2012

Video: Pungsi Vena untuk OSCE

Prosedur pungsi vena sangat sering diperlukan untuk pemeriksaan laboratorium. Berikut beberapa video contoh prosedur ini, semoga bermanfaat.











16 Oktober 2012

Intubasi (Nasogastric Tube) for OSCEs




Intubasi atau Nasogastric Tube (NGT) adalah prosedur memasukkan selang dengan tujuan tertentu. Seorang dokter umum wajib mempunyai kompetensi ini. Di atas adalah video NGT untuk OSCE.

Patologi Anatomi: Apendisitis Akut

Kasus:



Anak laki-laki 3 th, demam 5 hari perut kanan ditekan terasa sakit.

Kausa:

Apendisitis akut

Prognosis:

Baik

Gambar: Apendisitis akut

Deskripsi:

Apendisitis dapat diketahui dengan pemeriksaan rebound tenderness (lihat Gejala Apendisitis) dan rovsing sign, obturator sign, atau psoas sign. Setiap radang usus buntu memerlukan penanganan operasi. Pada sediaan histopatologi di atas, tampak apendiks bagian submukosa sampai dengan serosa  terdapat sel radang, plama dan eusinofi.



15 Oktober 2012

Patologi Anatomi: Thypus Abdominalis

Kasus:

Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun, mengeluhkan demam sejak 4 hari yang lalu, demam tinggi pada malam hari, diare, kembung, mencret. Dilkukan operasi ternyata terdapat perforasi usus 10 cm dari volvula Bauhini. Dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA).

Kausa: 

Perforasi usus et causa Thypus Abdominalis.



Gambar: Sediaan histopatologi thypus abdominalis


DESKRIPSI:

Penyakit ini adalah penyakit pada saluran pencernaan dengan gejala yang ditunjukkan di atas. Thypus abdominalis disebabkan oleh Salmonella typhi

Thypus abdominalis dapat didiagnosis dengan pemeriksaan darah tepi (tes  widal), pemeriksaan sumsum tulang, atau dengan biakan empedu.

Gambaran mikroskopis pada pemeriksaan histopatologi dapat dideskripsikan sediaan mukosa usus dilapisi epitel toraks selapis dengan satu bagian nekrotik. Submukosa oedematous bersebukan sel radang limfosit, PMN dan beberapa makrofag terlihat aktif melakukan fagosit. Tunika muskularis dan Tunika serosa mengalami hyalinisasi bersebukan sel radang PMN, histiosit.

Prognosis:

Baik

Sifat:

Jinak

      Penatalaksanaan:
 
Tirah baring, dilaksanakan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup sebaiknya rendah serat,
makanan lunak.

Pengobatan:

      Dengan antibiotik yang tepat, lebih dari 99% penderita dapat disembuhkan.

     Antibiotik untuk penderita tifoid :

Kloramfenikol,
o Dewasa : 4 x 500 mg selama 14 hari
o Anak : 50-100 mg/kgBB 4 x sehari selama 10 – 14 hari.
Tiamfenikol,
o Dewasa : 500 mg 4 x sehari selama 5 – 7 hari bebas panas.
o Anak : 50 mg/kgBB 4 x sehari selama 5 – 7 hari bebas panas.
     Ampisilin
o Dewasa : 500 mg 4 x sehari selama 10 – 14 hari.
o Anak : 50 – 100 mg/kgBB 4 x sehari selama 10 – 14 hari.


      Terapi simtomatik (anti piretik, anti emetik)
 
Roburansia.
     Terapi cairan, kadang makanan diberikan melalui infus sampai penderita dapat
mencerna makanan.
 
Jika terjadi perforasi usus berikan antibiotik berspektrum luas (karena berbagai
jenis bakteri akan masuk ke dalam rongga perut) dan mungkin perlu dilakukan
pembedahan untuk memperbaiki atau mengangkat bagian usus yang mengalami
perforasi.

 
Pencegahan:

- Pencegahan terhadap carier dan kasus relaps.
- Perbaikan sanitasi lingkungan.
- Perbaikan hygiene makanan,hygiene perorangan

- Imunisasi 
     Vaksin tifus per-oral (ditelan) memberikan perlindungan sebesar 70%. Vaksin ini hanya diberikan kepada orang-orang yang telah terpapar oleh bakteri Salmonella typhii dan orang-orang yang memiliki resiko tinggi (termasuk petugas laboratorium dan para pelancong).

      Referensi:

      1. Panduan Praktikum PA Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2012
      2. Panduan Pengobatan Dasar Puskesmas DepKes 2007

 

Follow Twitter Admin

follow twitter admin di @Iqbal_Sidiq

Facebook Fanpage

like di facebook:


Info dan Konsultasi Kesehatan



Mengenal gejala-gejala usus buntu

GEJALA


 Gambar: Pemeriksaan rebound tenderness pada apendisitis (medinfo.ufl.edu)

Berikut adalah tanda dan gejala apendisitis (radang usus buntu) mungkin meliputi: 
  1.   Sakit nyeri yang dimulai sekitar umbilikus (pusar) dan sering berpindah ke perut kanan bawah Anda
  2.   Nyeri yang menjadi tajam selama beberapa jam
  3.   Terasa lunak (tenderness) yang terjadi ketika dilakukan pekanan ke perut bagian kanan bawah 
  4.   Nyeri yang tajam di perut kanan bawah  yang terjadi ketika daerah ditekan dan kemudian tekanan   dengan cepat dilepaskan (rebound tenderness) 
  5.   Nyeri yang memburuk jika pasien batuk, berjalan atau melakukan gerakan yang membuat getaran (jarring movements)
  6.   Nausea (mual)
  7.   Vomitting (muntah)    
  8.   Kehilangan nafsu makan
  9.   Demam ringan 
  10.   Konstipasi (sembelit)
  11.   Ketidakmampuan untuk membuang gas
  12.   Diare 
  13.   Perut bengkak

Lokasi nyeri  bisa bervariasi, tergantung pada usia dan posisi usus buntu. Anak-anak atau wanita hamil, terutama, mungkin mengalami sakit usus buntu di tempat yang berbeda.


Referensi: MayoClinic.com

©dokteriqbal.blogspot.com 2008-2015

Definisi Appendisitis (Radang Usus Buntu)

DEFINISI

 Gambar: Orang yang mengalami apendisitis (radang usus buntu) memegang perut bagian kanannya, lokasi yang khas



Apendisitis adalah kondisi di mana appendix (usus buntu) mengalami peradangan dan terisi oleh nanah (pus). Appendix adalah sebuah kantong berbentuk menyerupai jari yang keluar melalui usus besar (kolon) di sisi kanan bawah perut Anda. Sejauh ini, arti penting appendix ini belum diketahui dengan pasti, namun demikian tidak berarti bagian ini tidak dapat menimbulkan masalah kesehatan.

Apendisitis menyebabkan nyeri yang biasanya dimulai sekitar umbilikus (pusar) dan kemudian berpindah ke perut kanan bawah. Nyeri apendisitis biasanya meningkat selama periode 12 sampai 18 jam dan akhirnya menjadi sangat parah.Apendisitis bisa menyerang siapa saja, tetapi paling sering terjadi pada orang antara usia 10 dan 30 tahun. Pengobatan apendisitis standar adalah operasi pengangkatan usus buntu.